Analisis Komputer Vision Cabang Geologi

Analisis Komputer Vision Cabang Geologi


Camera vision telah banyak digunakan untuk aplikasi di bidang peltanian untuk identifikasi tanaman dengan menunjukkan hasil yang baik. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi bidang komputer yang telah mampu mengurai komponen penyusun citra dengan baik. Saat ini penggunaan camera vision sebagai piranti identifikasi tanaman telah menjadi penelitian yang aktif dilakukan (Steward B. L. 1999). Komputasi secara real-time harus menghasilkan hasil yang benar di dalam selang waktu yang ditentukan dimana kebenaran perhitungan tergantung tidak hanya pada kebenaran logis tetapi juga pada waktu di mana hasil diproduksi. Cristina Nicolescu dan Pieter Jonker (2008) dari universitas Delft mengembangkan pustaka (Library) untuk pemrosesan citra dengan nama D1PUB (Delft Image Processing LIBrmy). Program tersebut menyediakan pustaka yang fungsional bagi pengolahan citra untuk mengantisipasi aplikasi pengolahan citra real-time yang masih berjalan sangat lambat. Identifikasi suatu jenis tanaman dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi suatu nilai tertentu yang bersifat khas antara satu tanaman dengan tanaman yang lain. Apabila nilai khas tersebut nyata-nyata berbeda di antara tanaman, maka nilai khas yang dimaksud dapat digunakan sebagai acuan bagi pengenalan bentuk fisik tanaman. Bentuk spesifik tersebut adalah dimensi fraktal. Bentuk fraktal secara umum dapat dihubungkan ke karakteristik indicial yang dikenal sebagai dimensi fraktal.

Diambil dari jurnal Analisis Dimensi Fraktal Untuk Identifikasi Tanaman Dengan Pendekatan Pemrosesan Citra Secara Paralel

Pengertian Komputasi Paralel


Pengertian Komputasi Paralel

Pemrograman paralel adalah teknik pemrograman komputer yang memungkinkan eksekusi perintah/operasi secara bersamaan (komputasi paralel), baik dalam komputer dengan satu (prosesor tunggal) ataupun banyak (prosesor ganda dengan mesin paralel) CPU. Bila komputer yang digunakan secara bersamaan tersebut dilakukan oleh computer terpisah yang terhubung dalam suatu jaringan komputer lebih sering istilah yang digunakan adalah sistem terdistribusi (distributed computing).

Komputasi Paralel merupakan teknik untuk melakukan komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer yang independen secara bersamaan. Biasanya digunakan untuk kapasitas yang pengolahan data yang sangat besar (lingkungan industri, bioinformatika dll) atau karena tuntutan komputasi yang banyak. Pada kasus yang kedua biasanya ditemukannya kalkulasi numerik untuk menyelesaikan persamaan matematis di bidang fisika (fisika komputasi), kimia (kimai komputasi) dll. Untuk melakukan berbagai jenis komputasi paralel diperlukan infrastruktur mesin paralel yang terdiri dari banyak komputer yang nantinya dihubungkan dengan jaringan dan mampu bekerja secara paralel untuk menyelesaikan suatu masalah.
Komputasi paralel berbeda dengan multitasking. Multitasking itu sendiri adalah komputer dengan processor tunggal yang dapat mengeksekusi beberapa tugas secara bersamaan. Sedangkan komputasi paralel menggunakan beberapa processor atau komputer. Selain itu komputasi paralel tidak menggunakan arsitektur Von Neumann. Untuk lebih memperjelas lebih dalam mengenai perbedaan komputasi tunggal (menggunakan 1 processor) dengan komputasi paralel (menggunakan beberapa processor), maka kita harus mengetahui 4 model komputasi yang digunakan, yaitu:
  • SISD
  • SIMD
  • MISD
  • MIMD

Implementasi Komputasi paralel pada bidang Geologi
Geologi adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Bidang ini berbeda dengan ilmu komputer (computer science), yang mengkaji komputasi, komputer dan pemrosesan informasi. Dalam ilmu alam, pendekatan ilmu komputasi dapat memberikan berbagai pemahaman baru, melalui penerapan model-model matematika dalam program komputer berdasarkan landasan teori yang telah berkembang, untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata dalam ilmu tersebut.
Pada bidang geologi teori komputasi biasanya digunakan untuk pertambangan, sebuah sistem komputer digunakan untuk menganalisa bahan-bahan mineral dan barang tambang yang terdapat di dalam tanah. Contohnya, Pertambangan dan digunakan untuk menganalisa bahan-bahan mineral dan barang tambang yang terdapat di dalam tanah.
Terdapat jurnal Geologi yang menggunakan bantuan komputasi modern dalam melakukan penelitiannya, jurnal tersebut berjudul :

Desain Parameter Akusisi Seismik 3D Menggunakan Metode Statik dan Dinamik dengan Study Kasus Model Geologi Lapangan “ITS”

Dalam penelitian ini telah dilakukakan untuk menentukan desain parameter akusisi seismic yang ideal dari target tertentu dari lapangangan “ITS” berdasarkan model geologi yang telah dibuat sehingga akan didapatkan data seismic yang baik yang akan memudahkan dalam pengolahan data (processing). Pada penelitian ini menggunakan metode static yang meliputi pembuatan model geologi dengan memperhatikan data geologi daerah setempat menggunakan  software Tesseral, pembuatan template menggunakan software Mesa Expert 12 dan Processing data menggunakan software Omega untuk mendapatkan hasil stack kemudian dibandingkan antara hasil stack dengan model geologi awal yang telah dibuat.
Alat yang digunakan
Adapun peralatan yang digunakan pada tugas akhir kali ini berupa software Messa Expert 12.00, software processing Omega dan software Tesseral.
Tahapan Penelitian
Model geologi yang telah dibuat kemudian diolah menggunakan software Tesseral Pro sehingga akan didapatkan data berupa gather. Satu shot point akan menghasilkan satu gather. Pada penembakan ini kita menggunakan variasi ukuran jarak antar shotpoint dan frekuensi. Jarak antar shotpoint yang digunakan adalah 50 meter dan 80 meter sedangkan variasi frekuensi yang digunakan adalah 10 Hz dan 23 Hz. Gather yang merupakan output Omega berupa stack. Hasil stack kemudian dibandingkan menggunakan dengan model geologi yang dibuat. Apabila antara hasil stack dengan model geologi awal sudah mirip maka dapat dikatakan parameter yang telah di inputkan sudah tepat. Untuk memudahkan melakukan simulasi survei seismik 3D, maka dalam membuat suatu parameter survei seismik 3D digunakan suatu Software Mesa Expert 12.00 yang dapat menghasilkan parameter desain dari suatu survei seismik. Selain itu juga digunakan software pendukung seperti Tesseral untuk membuat pemodelan geologi dan melihat penjalaran gelombangnya, dan juga menggunakan Software Processing Omega untuk melakukan pengolahan data sintetik.

Pembuatan model geologi
Asumsi geologi diperoleh dari data lintasan seismic lama yang diinversi namun pada pengerjaan kali ini tidak menggunakan data lapangan sehingga kita harus membuat model geologi sederhana yang ideal. Model yang dibuat haruslah seideal mungkin agar memudahkan kita dalam prosesing data.



Gambar 1. Penampang model geologi
Data Parameter Akusisi
Setelah melalui proses perhitugan, didapatkan niali parameter akusisi sebagai berikut :



Pembuatan Template
Pada gambar di bawah ini akan ditunjukkan posisi receiver dan source dengan jarak 50 meter dan 80 meter menggunakan konfigurasi penembakan symetrical spread split. Pada jenis konfigurasi ini shotpoint berada di tengahtengah diantara receiver yang secara keseluruhan berjumlah 128 buah. Pada gambar di bawah ini akan digambarkan persebaran fold ketika menggunakan ukuran bin yang berbeda.


Gambar 2 Template penembakan ketika menggunakan binsize 25 meter





Gambar 3 Template penembakan ketika menggunakan bisize 40 meter








Pengolahan data seismik
Stack dengan variasi jarak shotpoint




Gambar 4 Hasil stack menggunakan jarak shotpoint 50 meter dan
frekuensi 23 Hz



Gambar 5 Hasil stack menggunakan jarak shotpoint 80 dan frekuensi
23Hz

Pada gambar 4 dan gambar 5 merupakan hasil stack yang menggunakan frekuensi 23 Hz dengan variasi interval shotpoint 50 meter dan 80 meter. Pada saat menggunakan interval shotpoint 50 meter dapat merekam setiap lapisan secara jelas dibandingkan ketika menggunakan interval shotpoint 80 meter. Ketika menggunakan interval shotpoint yang lebih pendek dibutuhkan lebih banyak jumlah shotpoint sehingga persebaran fold akan dan S/N lebih baik pula. Oleh karena itu ketika menggunanakan interval shotpoint 50 meter menghasilkan kualitas stack lebih bagus dibandingkan ketika menggunakan interval shotpoint 80 meter.

Stack dengan variasi frekuensi


Gambar 6 Hasil stack pada frekuensi 10 Hz dan jarak shotpoint 50 meter




Gambar 7 Hasil stack pada frekuensi 23 Hz dan jarak shotpoint 50 meter

Berdasarkan teori gelombang seismik, semakin tinggi frekuensi yang diberikan akan semakin baik pula gelombang tersebut dalam membedakan lapisan tipis. Oleh karena itu hasil stack yang menggunkan frekuensi 23 Hz pada Gambar 7 batas perlapisannya dapat terlihat dengan jelas. Pada Gambar 6 terlihat banyak reflektor bidang bawah dan bidang atas yang bersatu menjadi reklektor tunggal sehingga lapisannya terlihat tebal.

Kesimpulan
Dari proses penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pembuatan model geologi harus disesuaikan dengan kondisi geologi yang sebenarnya agar parameter yang digunakan tepat
2. Indikasi suatu parameter yang digunakan sudah tepat ketika hasil stack yang dihasilkan sudah menggambar kondisi bawah permukaan bumi dengan baik sesuai dengan model geologi yang telah dibuat sebelumnya
3. Saat menggunakan frekuensi 10 Hz lapisan-lapisan yang sangat tipis tidak terlihat sehingga beberapa lapisan terekam menjadi reflektor tunggal sedangkan frekuensi 23 Hz dapat mencitrakan lapisan-lapisan tipis dengan baik
4. Saat menggunakan frekunsi 10 Hz dapat menggambarkan lapisan bawah permukaan lebih baik dibandingkan ketika menggunakan frekuensi 23 Hz

Pembahan jurnal diatas adalah menunjukan bahwa komputasi modern sudah diterapkan pada bidang geologi, yaitu menggunakan software yang telah dijabarkan diatas untuk melakukan pengolahan data untuk penelitian tersebut, yaitu pembuatan model geologi dengan memperhatikan data geologi daerah setempat menggunakan  software Tesseral, pembuatan template menggunakan software Mesa Expert 12 dan Processing data menggunakan software Omega untuk mendapatkan hasil stack sehingga memudahkan dalam menganalisis suatu pekerjaan di bidang geologi. 



PEMANFAATAN CLOUD GIS UNTUK PEMETAAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA DI PT.GEOTAMA ENERGI

U N I V E R S I T A S   G U N A D A R M A
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI




PEMANFAATAN CLOUD GIS UNTUK PEMETAAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA DI PT.GEOTAMA ENERGI


Albertus Ekakrisna
Aulia Brahmantio Diaz
Gusti Adhi Pratama
Marisi M Abdu Jabbar
 




Teknik Informatika
Universitas Gunadarma
2020


 

Pendahuluan

Ruang lingkup penelitian ini adalah merancang kerangka arsitektur atau model sistem informasi geografis berbasis web untuk pemetaan sumber daya alam. Sumber daya alam dibatasi pada sumber daya alam mineral, gas dan minyak bumi, berikut sarana-prasarananya.
Sistem tersebut bersifat interaktif dan dinamis dan akan digunakan untuk membantu proses pengelolaaan data sumber daya alam di Indonesia. Data tersebut diolah dan diproses menjadi peta digital sumber daya alam dalam bentuk Sistem Informasi Geografis berbentuk web interaktif dan dinamis yang bermanfaat bagi semua pihak yang mengelola dan pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia
Pijakan awal dari penelitian ini adalah dinamika lingkungan strategis berupa revolusi teknologi informasi yang melahirkan sistem informasi geografis (GIS) berbasis web interaktif dan dinamis. Sistem ini nantinya diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi semua pihak dalam rangka memudahkan tersedianya informasi sumber daya alam di Indonesia berbentuk sistem informasi geografis dalam upaya melestarikan, meningkatkan produksi dan eksplorasi demi kemakmuran rakyat. Jika dapat diwujudkan maka sistem informasi ini akan memetakan kekayaan alam seperti kandungan minyak, kandungan gas alam, kandungan mineral, titik-titik distribusi bahan tambang dan sebagainya. Informasi yang ada akan memudahkan semua stake holder mengakses sarana prasarana dan sumberdaya eksplorasi pada lokasi-lokasi yang berprioritas tinggi. Lokasi berprioritas adalah lokasi yang secara ekonomi memberikan lebih banyak keuntungan jika dilakukan eksplorasi. Peta digital yang dipakai menggunakan Google map, yang merupakan peta geografis yang cukup akurat dan merupakan terobosan baru karena berbasis cloud computing sehingga mudah di akses di mana saja.
Tujuan penelitian adalah menghasilkan prototype Sistem Informasi Geografis yang bersifat interaktif dan dinamis dan prototype sistem ini merupakan implementasi dari dokumen perencanaan dan pengembangan sistem tersebut. Hasil penelitian akan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain bagi PT. Geotama Energy dan dunia akademik. PT. Geotama Energy akan mendapatkan sarana bantu untuk memetakan sumber daya alam. Pihak akademik mendapatkan sarana untuk implementasi pengetahuan dalam bentuk nyata.


Metode
Tahap pertama melakukan analisa kebutuhan dari sistem yang akan dibuat. Tahap kedua membuat rancangan terhadap analisa yang telah dilakukan, meliputi rancangan logika dan rancangan antarmuka sistem. Tahap ketiga adalah implementasi yaitu, mewujudkan sistem dengan melakukan pembuatan program (coding). Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PhP, MySQL, serta MapServer untuk menampilkan sistem melalui internet. Seluruhnya merupakan paket aplikasi yang open source. Tahap keempat melakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat untuk menguji apakah hasil penelitian sudah benar sesuai dengan yang diharapkan. Tahapan terakhir adalah pemeliharaan, yaitu operasional dari sistem yang dihasilkan, bila ada kerusakan dapat segera dilakukan perbaikan.


Hasil
Ruang lingkup penelitian ini adalah perancangan dan pembuatan sistem informasi sumber daya alam terpadu dalam bentuk sistem informasi geografis Analisis Kebutuhan pengunjung. Kebutuhan pengunjung meliputi apa saja yang dibutuhkan oleh pengunjung pada SIG-SDA ini berupa:
a.       Tampilan peta sumber daya alam Indonesia.
b.      Tampilan informasi dasar dari setiap sumber daya alam tersebut.
Kebutuhan administrator sistem meliputi apa saja yang dibutuhkan oleh admin pada SIG-SDA ini berupa:
a.       Melakukan proses login terhadap sistem.
b.      Tampilan peta SDA di Indonesia.
c.       Tampilan informasi dasar dan informasi SDA masing-masing lokasi.
d.      Mengolah data informasi dasar.
e.       Mengolah data informasi SDA



Hasil Penerapan Sistem Informasi Geografi


Perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi aplikasi ini adalah sebagai berikut :
a.       Google Maps API
b.      PHP/Map Scripct
c.       MySQL
d.      Windows 7 Premium

Google Map merupakan peta digital yang disediakan Google untuk dipakai oleh pengguna internet secara umum. Peta tersebut merupakan layanan cloud computing dimana pengguna tidak perlu memikirkan pembuatan, instalasi, dan pemeliharaan aplikasi peta tersebut, tetapi cukup menggunakannya saja dengan memanfaatkan API yang disediakan Google. Pemanfaatan peta menggunakan Google Map menunjukkan hasil yang baik dimana peta dapat diimplementasikan secara sempurna serta tepat posisi-posisinya berdasarkan
koordniat latitude dan longitude. Hasil dari proses implementasi berupa tampilan form atau interface aplikasi beserta modul-modul program pembentuknya. Pada aplikasi ini terdapat beberapa form yang digunakan
oleh admin dan pengunjung. Halaman utama pengunjung pada Gambar 6 merupakan halaman home ketika program dijalankan. Pada halaman ini, pengunjung akan mendapati tampilan gambaran umum Peta SDA Indonesia


 


Pada gambar di atas merupakan halaman peta pengunjung. Pada halaman ini, pengunjung akan mendapati tampilan peta Indonesia. Sumber daya alam ditunjukkan dengan memilih daerah operasi dalam pilihan di pojok kiri atas dan daerah operasi akan tampil dalam bentuk peta berikut posisi-posisi sumur minyak yang sedang di esplorasi.






Prinsip dasarnya adalah bagaimana memetakan data spasial di database (terutama dari tabel sumur) ke peta digital, sehingga dalam peta digital dapat ditampilkan titik-titik pemboran minyak bumi secara jelas. Uji coba zoooming pada peta juga menunjukkan bahwa posisi objek tidak mengalami pergeseran dan tetap menempati koordinat yang diinginkan sehingga validitas tetap terjamin.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a.       Sistem informasi geografi pemetaan sumber daya alam Indonesia telah berhasil dibangun menggunakan Google Map dan pemrograman web berbasis PHP dan mysql.
b.      Sistem tersebut dapat membantu menampilkan peta eksplorasi sumber daya alam khususnya minyak bumi berikut nama pengelolanya dan daerah operasinya.
c.       Sistem dilengkapi informasi kapasitas produksi, wilayah dan luas daerah operasi.