Siapa sih yang tidak mengenal Tokopedia?
Logo
Tokopedia
Sebuah
marketplace besar di Indonesia yang sedang booming akhir-akhir ini. Karna apa?
Karna kepraktisannya. Yang pertama kita sebut saat-saat ini adalah generasi
dimana semua serba elektronik, serba instan. Orang akan lebih mencari hal yang
tidak ribet, tidak perlu keluar rumah. Jadi membuat tokopedia menjadi ladang
dimana orang tidak perlu mencari-cari barang di luar sana, hanya dengan mencari
barang pada kolom Pencarian, lalu mencari barang yang pas, lalu transfer
beserta ongkos kirimnya. Setelah itu tinggal menunggu dan barang sampai dirumah.
Hal itu yang membuat marketplace khususnya tokopedia kian dijamuri oleh
berbagai generasi karena kepraktisannya.
Tokopedia juga memungkinkan
setiap individu, toko kecil, dan brand-brand apa saja untuk membuka dan
mengelola toko daring atau yang biasa kita kenal dengan toko online. Sejak
diluncurkan hingga akhir 2015, layanan dasar Tokopedia dapat digunakan oleh
semua orang secara gratis. Mengapa bisa gratis? Nanti akan saya dipaparkan
dibawah.
Dengan visi
"Membangun Indonesia yang Lebih Baik Lewat Internet", Tokopedia
memiliki program untuk mendukung para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dan perorangan untuk mengembangkan usaha mereka dengan memasarkan produk
secara online.
Dikutip dari laman Wikipedia.com,
Tokopedia.com resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah naungan PT Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada 6 Februari 2009. Sejak resmi diluncurkan, PT Tokopedia berhasil menjadi salah satu perusahaan internet Indonesia dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
PT Tokopedia mendapatkan pendanaan awal dari PT Indonusa Dwitama pada tahun 2009. Pada tahun-tahun berikutnya, Tokopedia kembali mendapat suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (2010), Cyber Agent Ventures (2011), Netprice (2012), dan SoftBank Ventures Korea (2013). Pada Oktober 2014, Tokopedia menjadi perusahaan teknologi pertama di Asia Tenggara yang menerima investasi sebesar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc (SIMI). Pada April 2016, Tokopedia kembali dikabarkan mendapatkan investasi sebesar USD 147 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun.
Pada bulan Agustus 2017, Tokopedia menerima investasi sebesar USD 1,1 milyar dari Alibaba. Dikabarkan bahwa keputusan ini dilakukan agar Alibaba dapat semakin memperluas jaringannya di Indonesia dan Asia Tenggara setelah sebelumnya membeli saham Lazada.
Berkat peranannya dalam mengembangkan bisnis daring di Indonesia, Tokopedia berhasil meraih penghargaan Marketeers of the Year 2014 untuk sektor e-Commerce pada acara Markplus Conference 2015 yang digelar oleh Markplus Inc. pada tanggal 11 Desember 2014. Pada 12 Mei 2016, Tokopedia terpilih sebagai Best Company in Consumer Industry dari Indonesia Digital Economy Award 2016.
Dari sejarah
yang sudah dipaparkan di atas oleh laman Wikipedia, kita dapat mengetahui
mengapa tokopedia dapat gratis sampai saat ini. Disana perusahaan-perusahaan luar
berani menyuntikan dana ke Tokopedia karena melihat pangsa pasar yang tinggi di
Indonesia, oleh sebab itu mereka sangat berani dan jor-jor an dengan dana
suntikan investasi yang diberikan kepada Tokopedia.
Dikutip melalui website Codepolitan,
Pak Leon menjelaskan “Orang Indonesia kan sudah kenalnya iklan baris, jadi mereka ngerasa kalau mau beli itu telepon, dateng ke kantor atau minta pin BB. Nah sedangkan kita nawarinnya marketplace. Itu tantangan berat juga sih”. Mencari partner dan pegawai juga adalah tantangan Tokopedia di masa-masa awal.
Jadi, pada saat
awal Tokopedia lahir, marketplace ini dulunya bukan seperti tokopedia yang kita
kenal sekarang ini. Tokopedia juga sama seperti startup pada umumnya, Tokopedia
juga pernah mengalami masa-masa sulit. Sama seperti startup yang lainnya
Tokopedia memiliki banyak tantangan dan hambatan. Terlebih lagi startup di
masa-masa itu masih belum ramai seperti sekarang, sehingga Tokopedia kesulitan
mendapatkan pendanaan. Masalah selanjutnya yang dihadapi Tokopedia di awal-awal
pendirian adalah orang Indonesia masih terbiasa dengan iklan baris dan belum
paham tentang marketplace.
Dari startup
tersebut, tidak mungkin tanpa pemasaran. Agar konten startup yang di jual
Tokopedia laku, maka dilakukan pemasaran beserta strategi-strategi marketing
lainnya. Konten pemasaran (content marketing) merupakan hal
penting yang sudah seharusnya menjadi perhatian tim pemasaran di seluruh
perusahaan. Mengapa konten
pemasaran sangat penting? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini
pelanggan sudah terlalu sering dipaparkan model pemasaran hard selling.
Perusahaan harus memberi nilai tambah kepada pelanggan, sebelum menawarkan
produk dan jasa yang dimiliki.
Tokopedia juga
sempat membuat seri video bertema “Ciptakan Peluangmu”. Video seri ini berisi
cerita sukses orang-orang yang memutuskan untuk menjadi partner mereka. Tujuan
konten ini adalah untuk menarik lebih banyak orang agar memanfaatkan Tokopedia
sebagai platform jualan online.
Sejak tahun
2016, Tokopedia sudah memanfaatkan video sebagai salah satu bentuk strategi
marketing mereka. Pada tahun 2016, aktivitas video memang lebih banyak terfokus
pada YouTube, karena pada saat itu YouTube merupakan video terbaik untuk video.
Namun, dengan pesatnya perkembangan teknologi, kita akan melihat banyak video
yang diproduksi marketplace atau e-commerce di platform yang beragam. Di tahun
2017, e-commerce Indonesia harus mulai memproduksi lebih banyak video dengan
durasi pendek yang memanfaatkan platform seperti Instagram Stories dan Facebook
Stories.
Saat ini
Tokopedia yang merupakan marketplace, memiliki strategi bisnis tersendiri salah
satunya yaitu fasilitas Gold Merchantyang ditawarkan kepada para seller dengan
sistem berlangganan. Melalui fasilitas ini, maka para seller dapat dibantu
untuk lebih efisien dalam melakukan penjualan seperti pengecekan order dan
aktifitas user management lainnya. Tidak hanya itu, terdapat pula fasilitas
Tokopedia Top Advertising yang dapat dimanfaatkan oleh para seller untuk
pengiklanan produk dengan display yang disebar seperti halnya advertising pada
media sosial lain yang sudah pernah ada.
Hingga saat ini
pihaknya memberikan fasilitas review untuk penilaian seller dan juga buyer,
sehingga pengguna dapat lebih mudah untuk memilih dan mempercayakan proses
transaksinya. Menurutnya, dengan ini penjual atau pembeli yang memiliki rating
buruk akan tersingkir dengan sendirinya sesuai seleksi alam. Dan poin kedua
adalah harga, harga yang paling murah se-tokopedia lah yang akan menang. Harga
di atas itu, bisa kalah, ditambahlagi jika ratingnya juga buruk. Selain itu,
Tokopedia juga melakukan resolusi dengan fasilitas costumer care untuk
memudahkan sistem pengaduan oleh para pengguna dan yang terpenting perusahaan
juga tidak enggan untuk melakukan penanganan melalui jalur hukum yang sesuai.
Dibalik kisah kesuksesan marketplace Tokopedia, terdapat sebuah sistem manajemen dan sistem arsitektur dari Tokopedia. Dahulu Tokopedia belum memiliki sistem secanggih dan se menarik seperti saat ini yang dapat dinikmati, berikut
merupakan beberapa paparan tentang arstektur tokopedia dari masa ke masayang diambil dari website Labana.id
Arsitektur I
Walaupun Leon sebenarnya memang seorang engineer, dia sendiri mengaku bahwa dirinya hanya “half-engineer”. Latar belakangnya adalah bekerja untuk klien enterprise. Itulah sebabnya mengapa sewaktu pertama kali ia membangun Tokopedia dia memilih Oracle sebagai pilihan database, Perl sebagai bahasa pemrogramannya dan Apache mod_perl sebagai webservernya. “..ya pakai apa yang saya bisa aja”, ujarnya. Belakangan, sekitar 1 bulan sebelum Tokopedia meluncur, Leon merekrut satu orang engineer, kali ini real engineer.
Oracle yang digunakan saat itu adalah Oracle Express Edition 4G. Ini adalah versi “gratisan” dari Oracle dengan berbagai batasannya. Server yang digunakan adalah server fisik, dan kedua server ini identik.Saat itu semua berkas yang diupload merchant dan pengguna langsung saja disimpan di webserver, tanpa CDN (Content Delivery Network) ataupun cloud storage. Leon bahkan mengaku saat itu tidak tahu apa itu CDN. Tidak hanya tentang CDN, ia bahkan belum tahu tentang Awstat ataupun Google Analytics (perangkat untuk memonitor trafik kunjungan website).
Jadi pada awal pembuatan Tokopedia, Leon sebagai Founder Tokopedia, hanya menggunakan bahasa pemrograman Perl dan Database yang digunakan adalah Oracle. Arsitektur ini dapat dilihat sangat sederhana. Wajar memang untuk startup yang baru dibangun.
Arsitektur II
Sekitar satu bulan setelah Tokopedia meluncur, trafik tumbuh pesat. Server Tokopedia pun mulai melambat. Arsitektur Tokopedia pun segera menyesuaikan. Apache server dipecah menjadi 2. Satu untuk berkas static, satu lagi untuk konten dinamis (dynamic content).
Namun ini pun tidak bertahan lama. Server Tokopedia kembali mulai melambat. Penyebabnya ada beberapa:
Oracle yang mereka gunakan mencapai batasnya (versi ini kapasitasnya hanya terbatas hingga 4GB)Tidak ada partisiTidak ada replikasi databaseIndexing yang jelekSemua aktivitas read/write dilakukan pada database server yang sama
Arsitektur III
Leon dan timnya segera berbenah. Mereka melakukan beberapa perbaikan. Database akhirnya mereka ganti ke PostgreSQL -sebuah aplikasi database yang populer di dunia open source. Karena PostgreSQL memang sudah mendukung replication, maka Tokopedia pun memecah databasenya menjadi master-slave.
Pilihan jatuh ke PostgreSQL karena menurut Leon ada banyak kemiripan dengan Oracle. Salah satu contohnya adalah format datetime-nya.
Di bulan April 2015, Tokopedia sempat mengalami masalah cukup besar selama 21 hari akibat PostgreSQL. Penyebabnya adalah versi PostgreSQL yang mereka gunakan ternyata memiliki bug pada bagian indexing-nya. Akibat bug ini hasil query ke database menjadi kacau. Leon memberi contoh, ketika mereka melakukan query ke 1 record spesifik, yang keluar bisa jadi 3 record. Sayang Leon tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana akhirnya mereka mengatasi masalah ini.
Arsitektur IV
Tokopedia.com kembali melambat. Kali ini permasalahannya di bagian search-nya. Walaupun tidak disebutkan, dugaan saya pada masa ini fitur search di Tokopedia masih langsung dilakukan ke database PostgreSQL. Itu sebabnya ketika semakin banyak penjual yang mengunggah produknya (bisa hampir tiap detik) performanya menjadi semakin melambat.
Akhirnya Tokopedia memilih menggunakan SOLR. Ini adalah mesin untuk pencarian yang sangat populer, karena selain cepat dan relatif mudah, aplikasi ini juga open source dan gratis. Walaupun secara default menggunakan Tomcat webserver, tidak perlu tahu banyak soal Java dan Tomcat untuk bisa membenamkan SOLR ke dalam sebuah aplikasi website, bahkan untuk website berbasis CMS seperti WordPress
Tetapi pertumbuhan pengguna Tokopedia memang tak terbendung. Situs Tokopedia pun mulai melambat lagi. Leon mengatakan jika mereka akhirnya menemukan penyebabnya di antaranya adalah pengguna Apache mod_perl yang memakan banyak sumber daya (resource). Selain itu juga karena ada bagian dari kode pemrograman yang menyebabkan terjadinya memory leaks.
Arsitektur V
Terbentur dengan Apache yang memang sudah banyak dikenal haus akan sumberdaya, Leon akhirnya tahu tentang Nginx -sebuah server yang bisa digunakan sebagai web server, reverse proxy, maupun load balancer (pemecah beban berdasarkan request ke server). Nginx sebenarnya sudah mulai populer di tahun 2009.
Awalnya mereka menggunakan metode round robin untuk loadbalancer-nya. Tetapi dengan metode ini mereka kesulitan menemukan server yang bermasalah ketika terjadi kegagalan. Akhirnya metodenya diubah menjadi kombinasi dengan clustering. Beberapa Nginx server digabungkan menjadi satu kelompok, dan di dalam kelompok ini dilakukan round robin. Dengan begitu akan lebih mudah memantau server sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Masalah timbul lagi. Situs Tokopedia terbentur pada keterbatasan hardware. Kapasitas penyimpanan hardisk sudah hampir habis, penggunaan sumber dayanya 90-100%, tidak ada cadangan dan tidak ada failover. Ini salah satunya juga disebabkan karena penggunaan hardisk tipe SATA, yang lebih lambat (namun lebih murah harganya) ketimbang SSD.
Salah satu tim sys admin Tokopedia akhirnya menyarankan untuk menggunakan GlusterFS -sebuah network file system di cloud. Dengan GlusterFS kita bisa membuat tempat penyimpanan dengan kapasitas yang sangat besar dan terdistribusi. Tokopedia menggunakan 8 server dengan 4 node untuk GlusterFS ini.
Namun GlusterFS tidak digunakan lama. Leon bercerita kalau mereka pernah mengalami kegagalan besar saat penggunaan GlusterFS. Contoh kasusnya, proses unggah gambar berhasil ke dalam GlusterFS, tetapi gambar tersebut tidak pernah muncul saat diakses pengguna. Belakangan Tokopedia akhirnya menggunakan penyedia layanan CDN yang bernama EdgeCast. EdgeCast adalah penyedia layanan CDN terbesar kedua setelah Akamai.
Agak mengejutkan juga mengetahui GlusterFS tidak bekerja seperti yang diharapkan. Terlebih di bagian akhir seminar online ini, Leon mengatakan bahwa 2 orang engineer (sekaligus co-founder) GlusterFS juga sempat membantu mereka langsung.Baca Juga: Dukung Segmen Entry-Level, Microsoft Hadirkan Layanan Skype Hemat Data
Arsitektur VI
Diagram diatas menggambarkan secara garis besar bagaimana arsitektur teknologi yang digunakan Tokopedia saat ini. Gambar emoticon senyum itu adalah awal masuknya pengguna ke Tokopedia. Dari situ request akan dibagi ke 2 load balancer: load balancer untuk konten statis, dan load balancer untuk aplikasi.
Di diagram ini juga bisa kita lihat kalau penyimpanan berkas Tokopedia sudah menggunakan platform dari AWS (Amazon Web Service) yaitu S3. Selain itu Leon juga mengatakan jika mesin pencari Tokopedia kini juga sudah menggunakan CloudSearch dari AWS. Secara total kurang lebih sudah 20% arsitektur Tokopedia berada di AWS.